![]() |
Kompasiana dok |
Setiap orang punya alasan
tersendiri bergelut dalam dunia Blogger. Ada yang ingin mengembangkan hobinya
yang suka menulis, ada yang mencari penghasilan dan ada juga yang sekedar
membagikan inspirasi hidupnya. Dari sekian banyak blogger yang ada di Indonesia,
Ibu Christie Damayantilah yang punya alasan yang sama dengan saya menggeluti
dunia blog ini yaitu terapi dari penyakitnya. Kalau Bu Christie ingin pulih
dari penyakit strokenya, saya ingin pulih dari overdosis obat akibat menjadi
korban Mallpraktik salah satu rumah sakit swasta di Makassar 5 tahun lalu
dimana saya diberikan obat dosis tinggi oleh 3 asisten dokter yg berbeda
(mahasiswa koas) untuk diagnosis 3 penyakit yang berbeda juga yaitu Malaria Falcifarum,malaria Tropika dan demam
berdarah padahal hasil akhirnya adalah penyakit tipus. Mungkin akibat pencampuran obat tersebut dalam tubuh saya yang membuat saya di malam keempat saya kejang-kejang dan tak dan saya tidak
sadarkan diri selama tiga hari.
Saya beruntung satu kamar
dengan salah satu guru besar hukum UMI (skrang sudah almarhum) mengatakan pada
saya bahwa saya harus sering-sering melatih otak agar tidak tumpul nantinya
entah itu senam otak, menulis, menggambar, jawab-jawab teka-teki silang atau
apapun yang melibatkan kinerja otak.
Saya memang sadar bahwa akibat
dari kejadian Mallpraktek tersebut, banyak hal yang berubah dalam kehidupan
saya termasuk dalam aktifitas perkuliahan. Hal ini pun dirasakan ibu saya dan
menyarankan untuk pulang kampung saja dan melanjutkan kuliah di kampung saja.
Saya bersikeras untuk tetap kuliah di Makassar karena satu hal, saya suka persaudaraan di kampus ini. Ibuku pun pasrah
dengan keputusan yang saya ambil namun ada satu syarat yang Beliau ajukan yaitu
ingin menghadap dosen-dosenku agar saya diperlakukan khusus dan tidak memporsir
terlalu banyak kegiatan perkuliahan. Saya menolak syarat Ibuku sebab saya tak
mau diperlakukan khusus atau diberikan keringanan, ada ketidakpuasan nantinya
ketika saya mendapat nilai atas dasar belas kasihan.
Saya pun akhirnya menjalani
perkuliahan layaknya mahasiswa biasa. Namun sejatinya saya agak tersiksa
sebenarnya contohnya saja saya tak bisa membaca buku lebih dari 10 halaman
sekali baca karena akan membuat saya ngantuk, saya juga akan gelisah ketika saya
ada dalam ruangan kuliah lebih dari 30 menit. Tapi dasar saya keras kepala,
saya nekad melawan kemampuan saya. Saya berpikir, saya adalah anak teknik yang
keep on figting till the end. Yah, wajar saja saya idealis begitu wong masih
panas-panasnya pengkaderan saat itu.
Saya pun mulai menggeluti dunia
blog di Blogspot sejak tahun 2012. Hingga suatu ketika Kompasiana mengadakan
Blogshop di Makassar dan untuk mengikutinya,
para peserta harus mendaftarkan diri dengan akun pribadi masing-masing di
Kompasiana. Jadilah saya membuatnya tepat tanggal 12 Maret 2012. Saya melihat
tampilan Kompasiana menarik, maka saya pun memutuskan menulis di social media
berplatform social blog ini.
Lima tahun berlalu, semua penderitaan fisik tak
datang lagi menghampiri saya. Justru ada banyak perubahan, dulunya saya pribadi
yang pasif dan malas berkomunikasi sekarang boleh dikata hiperaktif. Semua
kegiatan saya sikat dengan syarat kegiatan tersebut gratis atau terjangkau dan
dapat mengembangkan kapasitas diriku. Teman-teman saya banyak yang kaget dengan
perubahan diriku. Bukannya memamerkan diri tapi kini saya tak hanya aktif
menulis di blog, saya juga kadang menjadi tour guide, diajak diskusi beberapa
komunitas, menjadi koordinator di beberapa organiasasi, menjadi pemateri
kegiatan wirausaha dan kerohanian bahkan dari menulis di blog saya akhirnya
saya berkawan dengan banyak orang di dunia nyata dari berbagai latar belakang
bahkan saya bertemu dengan banyak tokoh
yang saya idolakan sejak kecil
Akhir kata, mohon dimaklumi
jika selama ini redaksi kata dalam berbagai artikel di blog banyak yang tidak
relevan dan nyambung karena saya
bukanlah anak komunikasi/jurnalistik. Tapi saya terus memperbaharui kemampuan
saya kok dengan mengikuti berbagai pelatihan jurnalistik walaupun bertolak
belakang dengan basic ilmu saya, teknik perkapalan.
Terima kasih sebesar-besarnya
buat Almarhum Guru Besar UMI (Maaf, saya lupa namanya) yang memberikan nasehat
kepada saya, buat ibu dan teman-teman yang mendukung proses penyembuhan saya
dan terutama buat rumah menulis saya, Kompasiana yang telah menjadi wadah bagi
saya untuk menuangkan ide sekaligus mengasah otak tumpulku.
0 komentar: