8 Pedoman Rencana Proyek Secara Kritis Ala Sudharmono

          

Sudharmono (dok:wikimedia.org)

Sudharmono yang merupakan wakil presiden Republik Indonesia maa perioder 1987-1993 dikenal sebagai sosok yang kritis terutama menyangkut ajuan rencana proyek yang diusukan ke negara. Hal ini membuat banyak mafia yang tak suka padanya karena menghalangi rencana mereka untuk melakukan praktik KKN. Sekedar info, para pengusul proyek harus bisa menjawab 8 pertanyaan yang diajukan oleh Sudharmono sebelum proyek itu dieksekusi. Berikut delapan pertanyaan tersebut

         

1.    Apakah proyek itu penting?
Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan sifat prioritas proyek

2.    Apakah proyek itu perlu sekarang, apakah tidak ada proyek yang urgen?
Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan urgensi proyek yang lebih unggul

3.    Apakah perlu biaya sebesar itu, apakah ongkosnya tidak bisa diturunkan?
Hal ini dimaksudkan untuk memangkas biaya yang terlalu besar

4.    Ketika ada komponen impor atau penggunaan tenaga asing, mengapa tak digunakan tenaga dan barang dalam negeri?
Hal ini dimaksudkan agar para pengembang proyek lebih memprioritaskan SDA dan SDM dalam negeri sendiri

5.    Apakah sudah diselidiki mengapa harga pesaing luar negeri lebih murah dan adakah usulan untuk mengatasinya?
Hal ini dimaksudkan agar pengusul proyek mengajukan proposal dana yang realisitis

6.    Apakah proyek sudah memiliki studi kelayakan dan studi lain yang diperlukan seperti analisis dampak lingkungan?
Hal ini dimaksudkan agar perencanaan proyek benar-benar matang sebelum dieksekusi

7.    Apakah proyek ini menghasilkan produk barang dan jasa yang bisa dijual (marketable) dan bisa bersaing dengan barang impor luar negeri

Hal ini dimaksudkan agar proyek yang dihasilkan tak asal-asalan dan mengandung nilai jual yang tinggi

8.    Apakah broyek ini menggunakan produk dan tenaga ahli dalam negeri?

Lagi-lagi Pak Sudharmono menekankan untuk lebih cinta produk dalam negeri meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusianya.

Adapun tujuan dari 8 pertanyaan ini adalah untuk efesiensi dan penghematan penggunaan dana negara dan memanfaatkan  pembiayaan proyek  sebagai kesempatan mengembangkan potensi dan produk nasional

Referensi: Koran Kompas