Rabu, 21 Oktober 2015

Menimba Ilmu Sekaligus Belajar Toleransi di Organisasi Muslim dan Tionghoa

By Heriyanto Rantelino   Posted at  06.17   toleransi No comments


http://news.xinhuanet.com/

            Merantau dari Toraja ke Makassar untuk menimba ilmu di Universitas Hasanuddin adalah suatu pengalaman yang luar biasa karena ini kali pertama saya harus hidup jauh dari orang tua. Karena saat itu saya termasuk golongan anak rumahan, maka banyak yang khawatir apakah saya bisa hidup mandiri di Kota Daeng. 
           Tujuh tahun di Kota Daeng mengajarkan banyak hal terutama  bagaimana kehidupan di Kota besar mampu mengubah pola pikir yang selama ini berlandaskan mitos. Salah satunya menyangkut tentang isu agama.
          Sewaktu di Toraja, saya diwanti-wanti bahwa hati-hati bergaul dengan orang Muslim karena mereka fanatik dan tak segan-segan bertindak nekat kalau mereka tahu saya seorang Nasrani. Setelah saya tiba Ibukota Sulawesi Selatan ini, ternyata persepsi itu salah besar. Ternyata mereka adalah orang yang baik, ramah dan tak sekejam yang digambarkan. Memang sih, ada ormas yang suka bertindak anarkis, tapi toh mereka melakukan tersebut karena memang ada penyebabnya.
      Pemahaman saya tentang kebaikan orang  Muslim semakin terasah ketika saya tergabung di organisasi Forum Lingkar Pena Ranting Universitas Hasanuddin. Sekedar info, organisasi ini adalah organisasi kepenulisan yang terbesar di Indonesia dimana anggotanya didominasi oleh kaum muslim. Di ranting/cabang ku sendiri kala itu, 100% anggotanya berasal dari kaum muslim. Walaupun begitu, ketika saya mendaftarkan diri dan bergabung , mereka tenang-tenang saja tuh. Boleh dikata, merekalah yang mengajarkan saya bagaimana merangkai kata-kata yang baik sehingga menjadi kalimat yang indah dan saya juga diajarkan bagaimana indahnya persaudaraan dan persatuan di antara mereka.  Persepsi bahwa orang Muslim itu kejam menjadi pudar dari otakku.
        Di lain tempat, ketika saya menjalani kuliah praktek di Surabaya, saya  bertemu dengan warga Jemaat Gereja Gatototan yang dari pengamatanku, jemaatnya berasal dari 100% orang Tionghoa. Ada persepsi bahwa orang Tionghoa itu adalah orang yang sombong, angkuh dan memandang remeh kaum pribumi . Walaupun hanya satu bulan berkumpul bersama mereka, namun memberikan banyak pelajaran bahwa mereka adalah orang yang tulus melayani dengan ikhlas dan tak membeda-bedakan mana pribumi mana yang seetnisnya.

            Saya berterima kasih kepada organisasi FLP dan Jemaat Gatotan Surabaya yang telah memberikan pelajaran hidup bagaimana hidup rukun ditengah perbedaan. Perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu melainkan suatu bagian warna dalam kehidupan ini. 

About the Author

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.
View all posts by: BT9

0 komentar:

Back to top ↑
Connect with Us

    Pengikut

    Diberdayakan oleh Blogger.
© 2013 Celoteh Anak Toraja. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.